Jumat, 13 Februari 2009

Desa Wisata Soran Duwet


Desa Wisata Soran Duwet, Desa wisata adalah sebuah kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata.

Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor-faktor tersebut, alam dan lingkungan yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor terpenting dari sebuah kawasan tujuan wisata. Selain berbagai keunikan, kawasan desa wisata juga harus memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata. Berbagai fasilitas ini akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam melakukan kegiatan wisata. Fasilitas-fasilitas yang sebaiknya dimiliki oleh kawasan desa wisata antara lain adalah sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan juga akomodasi. Khusus untuk sarana akomodasi, desa wisata menyediakan sarana penginapan berupa pondok-pondok wisata (home stay) sehingga para pengunjung pun turut merasakan suasana pedesaan yang masih asli. Saat ini, propinsi Jawa Tengah memiliki tujuh buah kawasan desa wisata yang tersebar di berbagai kabupaten. Desa-desa wisata tersebut adalah desa wisata Candirejo, Dieng, Duwet, Karangbanjar, Karimunjawa, Ketenger, dan Selo. Di dalam website ini, Anda akan menemukan beragam informasi yang lebih lengkap mengenai ketujuh kawasan desa wisata tersebut. Sejarah Desa Wisata Soran Berdasarkan penuturan sesepuh desa, pembangunan desa dimulai dari sejarah pelarian perang Diponegoro dari Yogyakarta yang bernama Joyokusumo. Daerah-daerah yang dilewati oleh Joyokusumo kemudian dijadikan dusun dengan nama sesuai yang dialami/dirasakan oleh Joyokusumo ketika melakukan pelarian. Misalnya dusun Mansuran, penamaan dusun karena nafas Joyokusumo dalam pelarian yang "ngansur-ansur", dusun Soran karena terdesak kalah/"kasoran", dusun Salam Rejo karena sudah mulai merasa aman. Sejarah di atas menunjukkan adanya hubungan antara desa Duwet dengan keraton Yogyakarta. Hal itu juga ditunjukkan dari posisi lurah pertama desa Duwet yang menjalankan pemerintahannya dan mengabdikan diri pada keraton Yogyakarta. Keadaan Geografis dan Demografi Desa Luas wilayah desa sebesar 94,18 Ha dengan dibatasi oleh desa Mranggen (sebelah Utara), desa Karang Lo (sebelah selatan), desa Dernals Ijo (sebelah barat) dan desa Gatak (sebelah timur). Sebaglan besar wilayahnya diperuntukan bagi areal pertanian (61,50 Ha), sedangkan ladang/tegalan hanya sebesar 2,5 Ha. Sampai tahun 2006, desa Duwet dihuni oleh sekitar 2027 jiwa. Desa Duwet termasuk daerah dataran rendah, dengan ketinggian 158 meter di atas permukaan laut. Curah hulan 1082 mm/tahun dan suhu rata-rata 32 derajat Celcius. Penduduk Masyarakat Duwet dari komposisinya bisa dikatakan cukup plural, berbagai agama memiliki pengikutnya di desa ini. Budaya-budaya Jawa pun ada yang masih dilestarikan oleh masyarakat desa Duwet. Rasa persaudaraan dan kegotongroyongan masih terasa dan melingkupi tradisi-tradisi yang dijalankannya. Desa Duwet termasuk desa agraris, karena kehidupan sebagian besar warga mengandalkan pertanian terutama tanaman padi, meskipun saat ini pergeseran telah terjadi, dimana sebagian warga desa lebih memilih bekerja di luar sektor pertanian. Warga Desa Duwet yang bekerja di luar sektor pertanian, antara lain di bidang pertukangan, perdagangan dan industri kerajinan rumah tangga. Daya Tarik Wisata : - Tradisi Lokal A. Merti Desa Merti Desa merupakan sebuah prosesi tradisi lokal dalam bentuk kegiatan bersih desa. Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat secara gotong royong. Tujuannya adalah agar Tuhan memberikan perlindungan dan keselamatan baqi masvarakat desa. Salah satu kegiatan yang menqiringi tradisi Merti Desa adalah pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Merti desa biasanya dilakukan pada tanggal 1 Muharram (Suran) dan pada tanggal 10 Dhulhijah (Besaran). B. Sambatan Sambatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan bersama-sama oleh warga desa dalam rangka memperbaiki rumah salah satu warganya. Aspek kegotongroyongan serta semangat solidaritas sangat kental dalam tradisi ini. C. Tradisi Kumbakarnan Tradisi ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mempersiapkan pembentukan kepanitiaan hajatan pengantin warga desa. Istilah ini muncul karena pada tradisi in!, warga yang diundang disediakan makan yang melimpah, layaknya ketika raja Kumbakarna mau diangkat menjadi senopati perang dalam perang Baratayuda. - Kesenian Lokal A. Kelompok Kesenian Campur Sari Ada tiga kelompok campur sari yang hidup di desa Duwet, yaitu Tombo Ati, Adventura Nada dan Abilowo. Kelompok campursari Tombo Ati dan Adventura Nada merupakan wadah dari para pemuda desa dalam menyalurkan hobi berkesenian. Sedangkan kelompok campursari Abilowo merupakan wadahnya orang-orang tua dalam berkesenian. B. Group Wayang Kulit Duwet pernah memiliki sesepuh dalang untuk wilayah Surakarta (pakeliran Surakartanan) yang bernama Ki Wiro Warseno (guru dari dalang Ki Narto Sabdo). Putra-putranya kemudian menemukan kiprahnya dengan membentuk group wayang kulit. Salah satu dari putranya yang bernama Kesdik Kasdolamono saat ini menjadi sesepuh dalang wilayah Surakarta, di samping menjadi dosen tamu luar biasa di STSI Surakarta. . Cinderamata Sektor industri yang berkembang di desa Duwet berupa industri rumah tangga. Hasil-hasil produksi dari industri rumah tangga ini dapat menjadi oleh-oleh yang menarik ketika berkunjung ke desa Duwet. A. Makanan Khas Rengginan Ketela Salah satu industri rumah tangga yang berkembang di desa Duwet adalah pembuatan makanan rengginan ketela. Di sini, komunitas pengrajin makanan rengginan ketela memiliki jaringan sendiri, yang diberi nama Ngudi Prayogo. B. Kerajinan Sulak Bulu Ayam Kerajinan rumah tangga yang lain adalah pembuatan sulak dari bahan bulu ayam, yang berlokasi terutama di dusun Soran dan Duwet. Pemasaran kerajinan ini sampai ke daerah Yogyakarta dan sekitar Klaten. C. Kerajinan Wayang Kulit Kerajinan wayang kulit merupakan usaha warisan dari leluhur warga desa Duwet. Kerajinan wayang kulit ini untuk menopang kesenian tradisional wayang kulit Pakeliran Surakarta yang melegenda di desa Duwet. D. Kerajinan Bambu Masyarakat desa Duwet juga memiliki industri rumah tangga yang bergerak di bidang kerajinan bambu. Berbagai barang dan hiasan yang bahan mentahnya terbuat dari bambu, tersedia di desa ini. E. Kerajinan Lainnya Selain industri rumah tangga seperti yang disebutkan sebelumnya, masyarakat desa Duwet juga memiliki beberapa jenis industri rumah tangga lainnya. Industri rumah tangga batu bata, dan atap rumah merupakan contoh industri rumah tangga yang juga ada di desa Duwet. Sarana Akomodasi Bila para wisatawan ingin mengunjugi desa Duwet, tersedia sarana akomodasi berupa pondok-pondok wisata (home stay) yang dapat dipergunakan sebagai tempat bermalam. Untuk informasi tarif dan fasilitas, silakan lihat bagian paket wisata atau dapat langsung menghubungi Pusat Informasi Pariwisata desa Duwet. Paket Wisata Beberapa paket wisata ditawarkan oleh desa wisata Duwet. Salah satunya adalah Perkemahan Pendidikan Alternatif Soran (Soran Alternative Education Camp - SAE Camp). Program-program yang ditawarkan dalam kegiatan ini adalah; - Program Anak Pelangi (bagi TK dan SD) - Program Cahaya Bintang (bagi SMP dan SMU/SMK) - Program Matahari Terbit (bagi perguruan tinggi dan organisasi masyarakat) - Retret/Rekoleksi - Program Wartawan Muda - Rekreasi Pendidikan - Program Perusahaan - Program Bebas/Pilih Sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar